Dewasa ini banyak perusahaan di Indonesia yang mulai mendengar gaung digital marketing. Faktanya, teknik pemasaran ini sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu di negara-negara maju. Katakanlah Amerika Serikat, yang sudah dua dekade ini bermunculan puluhan raksasa internet, di antaranya seperti Google dan Amazon yang memanfaatkan digital marketing untuk memajukan perusahaan mereka. Lalu, apa itu digital marketing?
Bila dibandingkan dengan teknik pemasaran konvensional, proses digital marketing tidak memiliki perbedaan yang mendasar. Namun yang berbeda justru ada pada cara penyampaiannya saja. Digital marketing memanfaatkan sebuah kanal atau medium untuk menyampaikan pesan kepada setiap penerimanya. Medium tersebut bisa melalui situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram; namun bisa juga menggunakan media berbagi video seperti YouTube dan Twitch.
Berbeda medium berarti pula berbeda juga perlakuan jenis pesan yang digunakan. Marketer tak bisa lagi hanya mengandalkan gambar model, brand atau logo seperti yang ada pada billboard, TV dan majalah. Digital marketing dapat berkembang lebih luas lagi, bahkan mencakup hal-hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan oleh teknik pemasaran konvensional.
Pendayagunaan teknik digital marketing juga memiliki kerumitan tersendiri. Bila dalam billboard dan TV, seorang marketer bisa memasang gambar yang sama, tidak pada medium yang digunakan oleh teknik pemasaran digital. Intinya, masing-masing medium butuh pendekatan yang berbeda-beda.
Ambillah contoh, seorang marketer ingin memperkenalkan brand-nya melalui media sosial. Tidak bisa lantas seseorang meng-copy-paste sebuah status panjang pada posting-an Facebook menjadi sebuah tweet pada Twitter yang terbatas hanya 140 karakter. Begitu pula dengan Facebook Image yang wajib menarik engagement, tak bisa dijadikan Instagram Post yang harus sanggup berbicara tanpa kata-kata.
Digital marketing memiliki sifat seamless atau tiada akhir. Artinya, melalui kanal digital, satu customer dapat bersinggungan dengan kegiatan marketing secara bertubi-tubi, selama mungkin. Hal ini menjadi salah satu keuntungan digital marketing yang tidak bisa dilakukan oleh kegiatan marketing konvensional.
Dalam satu kasus, misalnya pengunjung website mencari informasi mengenai satu jenis tabungan yang didapatkan melalui Search Engine Marketing (SEM). Saat masuk ke situs tersebut, pengunjung akan diminta mengisi formulir dengan data-data seperti alamat email dan sebagainya. Dari data tersebut, promosi produk kartu kredit bisa dilakukan melalui Facebook, ditawarkan program KTA melalui email blast, hingga program member-to-get-member (MGM) dengan mengajak teman melalui iklan Twitter. Kegiatan marketing akan senantiasa berkesinambungan karena setiap proses terhubung satu sama lain.
Selain kemampuan untuk terus menerus melakukan kegiatan marketing dengan pesan berbeda pada satu penerima pesan, digital marketing juga mampu diolah menjadi lebih terarah. Pesan yang dicantumkan dalam sebuah produk dapat dibuat sedetail mungkin untuk target market dengan segmen yang diinginkan. Misalnya ketika ingin mempromosikan sebuah produk tabungan kepada segmen pasar laki-laki tentu sangat berbeda dengan segmen pasar perempuan, mulai dari gaya bahasa hingga promo campaign yang digunakan sehingga pelanggan tertarik untuk menggunakan produk tabungan tersebut.
Hasil campaign yang dilakukan dengan digital marketing juga dapat langsung dievaluasi. Penggunaan teknologi digital saat ini memungkinkan setiap hasil tercatat dengan baik. Dengan begitu, marketer dapat melakukan evaluasi untuk menilai dan memperbaiki campaign yang sedang dilakukan. Penggunaan dana campaign pun jadi lebih efektif dan terarah.
Perkembangan teknologi dewasa ini, mulai dari penggunaan internet untuk segala jenis kegiatan manusia hingga perangkat wearable, semakin gencar menciptakan peluang digital marketing yang lebih luas. Dengan kata lain, digital marketing akan terus berkembang di masa yang akan datang. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan mencoba memanfaatkan teknik pemasaran digital ini.