Sejak tiga tahun terakhir, kita menyaksikan fenomena yang ramai memenuhi pasar transaksi Indonesia. Orang mulai terbiasa menyimpan uang di aplikasi online dibandingkan membawa uang cash. Pembayaran transaksi di warung sampai gerai-gerai di mall dipenuhi dengan tanda promo dari berbagai mobile wallet yang sedang berlomba berebut pengguna. Produk mobile wallet yang datang dari berbagai industri ini awalnya bertujuan mempermudah belanja online bagi masyarakat Indonesia, terutama untuk mereka yang tidak memiliki kartu kredit.
Di Indonesia, tercatat hanya 4-5% pemegang kartu kredit. Meskipun demikian, dengan adanya banyak reward dan cashback bagi pengguna mobile wallet, pertumbuhan pengguna mobile wallet akhirnya meluas secara signifikan dan digunakan oleh semua kalangan.
Pertumbuhan mobile wallet yang signifikan juga didukung dengan pengguna smartphone serta tingkat melek internet di Indonesia yang meningkat setiap tahunnya. Lembaga riset digital marketing E-marketer memperoleh data sebesar lebih dari 100 juta orang pengguna aktif smartphone di Indonesia, dan Internetlivestats yang menyatakan bahwa penetrasi internet di Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai kisaran 17 persen. Angka-angka ini diyakinkan sudah meningkat jauh sejak awal tahun 2019.
Dengan banyaknya kemajuan teknologi pembayaran, jejaring sosial terbesar di dunia baru-baru ini ikut mengumumkan berita mengenai peluncuran produk terbaru mereka. Mark Zuckerberg sebagai sang pendiri, secara langsung menceritakan di akun Facebooknya mengenai “Libra”, sebuah mata uang kripto yang dapat disimpan dan dikirim oleh penggunanya melalui mobile wallet mereka sendiri yang bernama “Calibra”.
Pengguna layanan Facebook dan anak-anak perusahaannya termasuk Whatsapp, Instagram dan Messenger dapat mulai bertransaksi menggunakan Libra mulai awal 2020 mendatang. Meskipun demikian, kehadirannya di Indonesia dan beberapa negara lainnya masih belum diberitakan secara jelas apakah akan langsung tersedia secara serempak ataupun bertahap.
Mengapa Libra muncul? Mark Zuckerberg sendiri menyampaikan bahwa transaksi uang secara global seharusnya mudah, aman, serta efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu. Keamanan transaksi ini harus lebih mudah dan aman dari mengirim pesan atau foto, dan harus bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang tempat tinggal, pekerjaan, ataupun berapa penghasilan mereka.
Selain itu, karena Libra serupa dengan menggunakan block chain, maka mata uang kripto ini akan memudahkan kita untuk membeli barang atapun mengirim uang ke sesama pengguna tanpa adanya biaya tambahan apapun. Mata uang kripto ini juga dapat ditukar ke mata uang asli secara online ataupun melalui toko-toko offline.
Kemudahan serta berbagai keunggulan Libra tentu menjadi ancaman bagi mobile wallet yang sudah ada di Indonesia. Go-Pay, Dana, Ovo, dan beberapa nama mobile wallet lain yang sudah sempat mendominasi transaksi online di Indonesia, mau tidak mau harus mempertimbangkan kemungkinan ‘serangan’ dari Libra di waktu dekat.
Jika kita analisa, Go-Pay sebetulnya memiliki kelemahan. Mengingat layanan Go-Jek yang sangat bergantung pada kehandalan mitra pengemudinya, seharusnya pembayaran Go-Pay ke mitranya harus bisa dilakukan secara real time. Sayangnya, saat ini pengemudi harus ‘menambal’ terlebih dulu transaksi yang diakukan melalui Go-Pay mereka lalu meminta penggantian (reimburse) ke pihak Go-Jek. Sayangnya lagi, proses pencairannya tidak selalu berjalan mulus dan menjadi salah satu kekhawatiran utama para mitra pengemudi Go-Jek.
Agar mobile wallet dapat berdiri kokoh dan mandiri, seharusnya mereka belajar dari jawara mobile wallet dunia yang diluncurkan oleh jaringan kedai kopi terbesar. Starbucks menjadi jawara mobile wallet dengan 25% dari total transaksinya di Amerika Serikat sepanjang Q2 pada tahun 2016, melalui layanan Mobile Order & Pay. Secara valuasi, nilai yang dikelola mobile wakket ini sudah mencapai miliaran dolar.
Mengapa Starbucks bisa sukses di kancah mobile wallet? Menggunakan Mobile Order & Pay, konsumen bisa memesan dan membayar kopi yang diinginkan tanpa perlu mengantre. Setelah membayar, pelanggan tinggal datang ke kedai kopi untuk mengambil pesanan. Selain itu, Starbucks juga memberikan insentif loyalty reward sehingga konsumen yang sering menggunakan layanan ini bisa memeroleh minuman gratis secara lebih cepat.
Jadi, kira-kira siapa yang akan menjadi jawara mobile wallet di Indonesia?